Sejarah dan Nilai Luhur Lahirnya Kebangkitan Nasional dan Sumpah Pemuda (PPKN Kelas 8 Kurikulum Merdeka)

Sejarah Lahirnya Kebangkitan Nasional dan Sumpah Pemuda

Indonesia, sebuah negeri yang kaya dengan sumber daya alam dan budaya, pernah mengalami masa-masa sulit saat masih dijajah oleh Belanda. Penderitaan rakyat Indonesia pada masa penjajahan tercermin dalam berbagai karya seni, termasuk film-film perjuangan seperti Cut Nyak Dien, November 1828 Diponegoro, Merdeka atau Mati Surabaya 1945, Jenderal Sudirman, dan Darah Garuda. Melalui karya-karya ini, kita dapat merasakan bagaimana rakyat Indonesia menghadapi kesulitan hidup dan penderitaan akibat dominasi penjajah.



Sumber daya alam yang melimpah membuat Indonesia menjadi incaran Belanda. Penjajah tersebut tidak hanya mengeksploitasi kekayaan alam, tetapi juga menjadikan rakyat Indonesia sebagai kuli, terperangkap dalam kebodohan dan kemiskinan. Kebijakan tanam paksa dan kerja rodi adalah contoh nyata bagaimana Belanda menghisap habis kekayaan Indonesia untuk kepentingan mereka sendiri.

Namun, tidak semua pihak di Belanda setuju dengan kebijakan penjajahan yang merugikan rakyat Indonesia. Baron Van Hoevel, Frans Van Deputte, dan Mr. C.T. Van Deventer adalah beberapa politisi yang mengkritik kebijakan tersebut. Desakan mereka mempengaruhi pemerintah Belanda untuk mengeluarkan kebijakan politik etis pada September 1901. Meskipun kebijakan ini seolah memberikan kesempatan kepada Bumi Putra untuk mendapatkan pendidikan dan pekerjaan administratif, sebenarnya tujuannya masih untuk kepentingan kolonial Belanda.

Politik etis mencakup bidang pendidikan, pertanian, dan kependudukan. Meski hanya sebagian Bumi Putra yang bisa mengakses pendidikan, kebijakan ini memberikan peluang bagi kelompok terpelajar. Kelompok inilah yang kemudian menjadi penggerak utama dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia melalui berbagai organisasi pergerakan, seperti Jami’atul Khair, Sarekat Dagang Islam, Budi Utomo, Indische Partij, PNI, Muhammadiyah, dan Nahdhatul Ulama.

Pentingnya pendidikan dan kesadaran nasional tidak hanya terbatas pada organisasi pergerakan. Organisasi kepemudaan pun muncul sebagai kekuatan penting dalam merajut persatuan. Meskipun awalnya bersifat kedaerahan, tokoh pemuda menyadari pentingnya persatuan dalam menghadapi penjajah. Inilah yang melatarbelakangi Kongres Pemuda I pada 1926 di Batavia.

Sayangnya, Kongres Pemuda I belum sepenuhnya mencapai kesepakatan. Namun, kesadaran akan pentingnya persatuan terus berkembang, dan pada 27-28 Oktober 1928, Kongres Pemuda II dilaksanakan. Kongres ini dihadiri oleh 750 pemuda dari berbagai organisasi, dengan tujuan utama membangun persatuan.

Sugondo Joyopuspito, Ketua PPPI, memimpin kongres ini. Meskipun tidak mudah menyatukan berbagai organisasi kepemudaan, pada kongres ini, para pemuda mencapai kesepakatan untuk mendeklarasikan Sumpah Pemuda. Deklarasi ini mencakup komitmen untuk bersatu sebagai satu bangsa, satu bahasa, dan satu bangsa Indonesia.

Sumpah Pemuda menjadi tonggak bersejarah yang memperkuat semangat perjuangan nasional. Dengan menyatukan tekad, para pemuda mengubah perjuangan mereka dari bersifat kedaerahan menjadi nasional. Mereka menyadari bahwa persatuan adalah bagian dari perintah agama dan merupakan kunci untuk meraih kemerdekaan. Sumpah Pemuda menjadi simbol semangat persatuan dan nasionalisme, memotivasi generasi-generasi selanjutnya dalam perjuangan mempertahankan dan membangun bangsa Indonesia.


Menerapkan Nilai-Nilai Luhur Sumpah Pemuda dalam Kehidupan Sehari-Hari

Bagi mereka yang tekun dalam kebiasaan membaca buku setiap hari, pertanyaan yang sering muncul adalah, "Apa yang mendorong Anda mengalokasikan waktu untuk membaca?" Jawabannya, mungkin, terletak pada nilai-nilai luhur yang tertanam dalam diri. Begitu pula dengan Sumpah Pemuda, dimana nilai-nilai luhur menjadi pilar utama dalam menciptakan persatuan dan kemerdekaan Indonesia.



1. Nilai Persatuan

Dalam wujudnya, Sumpah Pemuda mengajarkan bahwa keberagaman adalah kekuatan. Pemuda Indonesia dari berbagai latar belakang daerah dan organisasi menyadari bahwa persatuan adalah kunci keberhasilan. Bagi generasi sekarang, nilai persatuan bisa diaplikasikan di lingkungan sekolah, di mana setiap organisasi siswa bersatu untuk mencapai visi bersama. Persaingan sehat dan tanpa mengesampingkan satu sama lain akan membawa keberhasilan yang lebih besar.

2. Rela Berkorban

Semangat rela berkorban para pemuda Sumpah Pemuda membuktikan bahwa keberhasilan memerlukan pengorbanan. Dalam kehidupan sehari-hari, nilai ini dapat diwujudkan melalui tindakan sederhana seperti tanggung jawab terhadap tugas sekolah atau memberikan tempat duduk kepada yang membutuhkan. Melalui keberanian berkorban, kita dapat menciptakan kehidupan yang lebih harmonis.

3. Cinta Tanah Air dan Bangsa

Cinta tanah air dan bangsa adalah nilai yang mendorong perjuangan pemuda Sumpah Pemuda. Di era modern, mengutamakan produk dalam negeri dan aktif menyuarakan kedaulatan negara di media sosial adalah bentuk cinta tanah air. Dengan cara ini, kita dapat memberikan kontribusi nyata untuk keberlanjutan dan kedaulatan negara.

4. Semangat Persaudaraan

Meskipun tidak memiliki ikatan nasab, semangat persaudaraan menjadi kekuatan pemuda Sumpah Pemuda. Di lingkungan sekolah, nilai ini dapat diaktualisasikan melalui saling bantu-membantu antar siswa. Keberhasilan dan kemajuan bersama harus dikedepankan daripada persaingan yang bersifat merugikan.

5. Mengutamakan Kepentingan Bangsa

Pentingnya mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi terbukti melalui perjuangan para pemuda Sumpah Pemuda. Di tingkat lokal, partisipasi dalam program pembangunan desa atau dukungan terhadap program pendidikan merupakan bentuk konkrit dari nilai ini. Dengan fokus pada kepentingan bangsa, kita dapat menciptakan perubahan yang positif.

6. Menerima dan Menghargai Perbedaan

Menerima dan menghargai perbedaan adalah nilai penting yang menciptakan persatuan di tengah keberagaman. Di lingkungan sekolah, aktif berpartisipasi dalam kegiatan yang menghargai keberagaman seperti festival budaya dapat membentuk sikap inklusif. Komunikasi terbuka dan penerimaan terhadap perbedaan pandangan akan menciptakan lingkungan yang harmonis.

Melalui penerapan nilai-nilai luhur Sumpah Pemuda, kita dapat menjadi agen perubahan positif dalam lingkungan sekitar. Dengan menghormati dan memahami nilai-nilai yang membentuk bangsa ini, kita berkontribusi pada pembangunan Indonesia yang lebih baik. Mari terus menginspirasi dan mewariskan semangat perjuangan generasi terdahulu untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi negeri ini.

Sejarah dan Nilai Luhur Lahirnya Kebangkitan Nasional dan Sumpah Pemuda (PPKN Kelas 8 Kurikulum Merdeka)  Sejarah dan Nilai Luhur Lahirnya Kebangkitan Nasional dan Sumpah Pemuda (PPKN Kelas 8 Kurikulum Merdeka) Reviewed by BuSet on Januari 13, 2024 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.